"Kontrol Formasi Segitiga sama sisi yang dibentuk oleh tiga buah Buoy ini adalah Pengendalian Formasi dengan membaca data GPS dan Arah kompas masing masing buoy. Dimana Formasi segitiga sama sisi dibentuk dengan referensi dari kordinat Buoy 1 untuk menemukan target posisi bagi Buoy 2 dan Buoy 3. Selanjutnya sistem Kontrol Formasi akan menuggu laporan kordinat GPS dari masing-masing Buoy 2 dan Buoy 3. Setelah data Kordinat GPS masuk, maka sistem Kontrol Formasi akan mengirimkan sinyal perintah gerakan dari posisi Buoy 2 menuju target Posisi Buoy 2 dan Posisi terkini Buoy 3 menuju target posisi Buoy 3. Dimana arah gerak ditentukan oleh selisih sudut antara Heading (sudut hadap masing-masing Buoy 2 dan 3) dengan arah yang harus dituju ke posisi target Buoy 2 dan 3. dari selisih itu akan dipilih sudut terkecil yang akan menentukan perintah steering. Perintah steering ini akan terbagi menjadi 4 yaitu : Turn Left, Turn Right, Straight dan Stop. Perintah Steering inilah yang dikirimkan ke masing-masing Buoy 2 dan 3 untuk membimbing menuju posisi kordinat targetnya."
berikut adalah tahapan yang telah dilakukan dalam pengembangan Hardware Formation Control Autonomous Buoys mulai dari tahap perencanaan sampai dengan pengambilan data pengujian
Latitude (Lintang): Koordinat yang menunjukkan posisi utara atau selatan terhadap garis khatulistiwa (0°). Nilai positif menunjukkan belahan bumi utara (N), sedangkan nilai negatif menunjukkan belahan bumi selatan (S). Contoh: -6.118 berarti berada di belahan bumi selatan.
Longitude (Bujur): Koordinat yang menunjukkan posisi timur atau barat terhadap garis meridian utama (0° di Greenwich, Inggris). Nilai positif menunjukkan arah timur (E), sedangkan nilai negatif menunjukkan arah barat (W). Contoh: 106.838 berarti berada di belahan timur.
Data GPS biasanya berisi pasangan angka yang menunjukkan koordinat lokasi. Format umumnya:
Dalam sistem GPS, data ini sering dikirim dalam format NMEA dan bisa diolah untuk mendapatkan koordinat yang tepat.
Jarak antara dua titik di permukaan bumi dapat dihitung menggunakan rumus Haversine:
d = 2 * R * asin(sqrt(sin²((lat2 - lat1) / 2) + cos(lat1) * cos(lat2) * sin²((lon2 - lon1) / 2)))
Penjelasan: Rumus ini digunakan untuk menghitung jarak antara dua titik pada permukaan bumi yang memiliki koordinat GPS yang berbeda. Fungsi ini berguna untuk menentukan seberapa jauh dua Buoy berada satu sama lain berdasarkan posisi GPS mereka.
Bahan Bacaan:
Formasi segitiga sama sisi adalah susunan tiga titik yang membentuk segitiga dengan panjang sisi yang sama. Pada permukaan bumi, karena bentuknya yang melengkung (sferis), koordinat tidak bisa dihitung hanya dengan geometri Euclidean biasa, tetapi harus menggunakan perhitungan geodesi seperti rumus Haversine atau metode koordinat kartesian.
Jika Buoy1 berada di koordinat (-6.118, 106.838), maka kita ingin menentukan posisi Buoy2 dan Buoy3 sehingga jaraknya tetap 20 meter dan membentuk segitiga sama sisi. Langkah-langkahnya adalah:
Setiap buoy dilengkapi dengan modul GPS untuk mengetahui posisi real-time. Agar formasi tetap stabil:
Jika Buoy2 dan Buoy3 ingin menuju posisi formasi, maka kontrol motor harus disesuaikan:
Penjelasan: Sistem kontrol motor ini memungkinkan Buoy2 dan Buoy3 untuk bergerak sesuai dengan arah yang diinginkan. Dengan pengaturan motor yang tepat, Buoy dapat menuju formasi segitiga dengan tepat. Pengaturan motor ini memungkinkan gerakan ke kiri, kanan, lurus, atau berhenti.
Kontrol Formasi: Pada tahap ini, formation control dilakukan oleh server yang menjalankan sebuah script Python dengan algoritma tertentu (Fuzzy 2 untuk mengkalkulasi selisih). Script ini menerima data koordinat dari Buoy1, Buoy2, dan Buoy3, lalu mengkalkulasi posisi yang seharusnya untuk Buoy2 dan Buoy3 guna membentuk konfigurasi formasi segitiga sama sisi dengan panjang sisi 20 meter pada case ini. Program server kemudian mengirimkan data untuk menggerakkan Buoy2 dan Buoy3 sambil terus menerus membaca koordinat yang dikirim oleh Buoy2 dan Buoy3 untuk menentukan perintah harus membelok ke kanan atau kiri menuju arah koordinat target. Perintah ini dikirim dalam bentuk perintah menggerakkan motor propeller sebelah kanan dan kiri, menjalankan salah satunya atau menjalankan keduanya jika Buoy bersangkutan harus berjalan lurus menuju koordinat target, dan menghentikan keduanya setelah posisi target tercapai.
Bahan Bacaan:
Data dari setiap Buoy dikirim ke internet dan diterima oleh server yang menjalankan script Python dengan algoritma kontrol posisi.
Server kemudian mengirimkan perintah kepada Buoy2 dan Buoy3 agar bergerak menuju posisi yang didefinisikan oleh Buoy1.
Buoy1 sebagai referensi tetap diam hingga formasi terbentuk.
Proses pembentukan formasi dapat dipantau melalui web page pada portal: https://pandawatechno.com/ABuoy/
Penjelasan: Data dari Buoy1 dan buoys lainnya dikirim ke server untuk dihitung posisi mereka dan memberikan perintah yang tepat. Server menggunakan algoritma untuk menghitung posisi dan mengarahkan Buoy2 dan Buoy3 sesuai dengan formasi yang diinginkan. Proses ini memungkinkan Buoy untuk berkoordinasi secara otomatis dan membentuk formasi segitiga.
Bahan Bacaan:
Flow chart program dibuat untuk menggambarkan cara kerja sistem secara keseluruhan. Berikut adalah langkah-langkah kerja sistem:
Dengan sistem ini, formasi segitiga sama sisi dapat tercapai secara otomatis.
Pada tahap awal, perangkat keras utama disusun dan dirakit dengan komponen sebagai berikut:
Setelah perakitan selesai, perangkat lunak dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Arduino (C++) untuk mengontrol komunikasi antara buoy dan server. Data posisi dikirim melalui koneksi WiFi ke server, di mana algoritma kontrol posisi akan menentukan pergerakan yang diperlukan untuk membentuk formasi yang diinginkan.
Pada tahap ini, pemilihan bentuk buoy menjadi faktor penting untuk memastikan stabilitas dan kemampuan manuver yang optimal.
Dalam perancangan ini, fokus utama lebih diarahkan pada pengembangan kontrol elektronik dan perangkat lunak pengendali, sementara desain fisik buoy lebih ditentukan oleh ketersediaan perangkat yang ada di pasaran. Saat ini, tersedia cetakan setengah bola dengan diameter 24 cm, yang dianggap memadai untuk menempatkan perangkat elektronik kontrol dan memiliki variasi warna yang banyak yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi Buoy dari jarak jauh
Setelah desain buoy dikembangkan, pengujian dilakukan untuk memastikan bahwa buoy dapat bergerak secara mandiri dan mengikuti algoritma formasi yang telah ditentukan.
Pengujian Manual per-unit Buoy dapat dilakukan melalui web: Test Page
Pengujian Formation Control dapat dipantau melalui web: Formation Control Monitor
Pengujian Manual/ Individual:
Pengujian pertama formasi segitiga sama sisi dilakukan di lokasi perairan darat yaitu perairan buatan di area perumahan Bekasi.
Pengujian ini berlangsung selama hingga paling lama 1.5 jam karena menunggu sinyal GPS yang valid dan berhasil mendapatkan data, karena sistem ini baru akan berjalan apabila ketiga buoy telah sama-sama menerima data yang valid. Namun pengujian di perairan buatan terkendala hal-hal sebagai berikut:
Pengujian di Air:
Pengujian selanjutnya adalah dilakukan di lokasi perairan darat yaitu perairan buatan di area kolam besar.
Pengujian ini berlangsung selama hingga paling lama 1.5 jam karena menunggu sinyal GPS yang valid dan berhasil mendapatkan data, karena sistem ini baru akan berjalan apabila ketiga buoy telah sama-sama menerima data yang valid. Namun pengujian di perairan buatan terkendala hal-hal sebagai berikut:
Akibat dari kegagalan pengujian di perairan, pengujian dilanjutkan dengan alternatif pengujian di darat. Pada tahap ini, buoy tidak lagi diuji di air, melainkan digerakkan secara manual menuju titik koordinat yang diperintahkan. Metode ini memungkinkan pengujian tetap berlangsung meskipun dengan kendala lingkungan yang tidak mendukung.
Pengujian di Daratan:
Langkah-langkah yang dilakukan saat pengujian di darat adalah sebagai berikut:
Metode ini memungkinkan untuk menguji kinerja algoritma tanpa bergantung pada elemen perairan, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana buoy merespons perubahan arah dan kecepatan motor dalam mencapai titik koordinat yang ditentukan.
Penjelasan: Pengujian ini dilakukan untuk mengurangi risiko kegagalan dan memastikan algoritma berjalan dengan baik sebelum diaplikasikan ke buoy yang sesungguhnya. Setiap kendala yang muncul memberikan wawasan penting untuk perbaikan desain dan perencanaan lebih lanjut.
DATA HASIL PENGUJIAN: